Menyadari hal kecil, sebuah makanan ringan bernama beng-beng

Monday, December 21, 2020

dua bungkus beng-beng(sumber: foto sendiri)Kadang kepikiran aja gitu hal-hal yang kayaknya buat apa gitu dipikirin. Beng-beng, makanan / snack yang aku senangi, memaksaku untuk berpikir tentang sudah berapa banyak sampah yang dihasilkan dari satu jenis produk snack yang bernama beng-beng.

Kita gak bisa menghindari fakta bahwa beberapa persen dari barang yang kita beli adalah sampah. Maksudnya berujung menjadi sampah, seperti beng-beng. Aku bukan bermaksud untuk memojokkan suatu brand disini, tapi karena dapet ide ketika mau makan beng-beng, jadinya ini yang kujadikan contoh kecilnya.

Dari dulu aku sering jajan makanan ringan, yang mana sudah pasti dibungkus dengan plastik, kemudian dibuang, dan berakhir di tempat pembuangan akhir. Entah udah berapa banyak sampah yang aku hasilkan semenjak aku hidup. Yang bisa kulakukan untuk saat ini adalah membuang sampah pada tempatnya, yang sudah diajarkan sejak kecil.

beng-beng yang tinggal bungkusnyaSampah (sumber: foto sendiri juga)

Sampah plastik itu kan lama sekali terurainya ya, sampah bungkus makanan ringan itu bisa diapakan ya? Karena bisa dibayangkan berapa banyak yang hanya didiamkan, tercampur dengan berbagai jenis sampah yang lain. Menunggu ratusan tahun lagi, hingga benar-benar terurai.

Sayang sekali, sedih sekali, aku harus meninggalkan sampah itu untuk kemudian sepertinya tidak berguna selama ratusan tahun, kemudian turun temurun ke generasi berikutnya. Hingga mungkin tidak ada lahan lagi untuk menampungnya? Atau memperparah laut, menjadi lautan sampah? Entahlah.

Bisa gak ya kita memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menghasilkan sedikit sekali sampah? Harusnya bisa ya, tapi aku belum tahu bagaimana caranya.

Sekarang aku jadi mikir kalo mau beli sesuatu, bahkan untuk beli beng-beng. Mau gimana, rasanya enak kok, sampahnya juga kecil. Terdengar lebay sepertinya, tapi itulah kenyataannya, kenyataan yang mungkin tidak banyak disadari oleh orang-orang.

Belum lagi dizaman banyaknya pengiriman barang, bungkus-bungkus yang menjaga barang sampai ke tujuan, hanya itu fungsinya. Akhirnya dibuang juga ke tempat sampah, bertumpuk, dan sampai kapan tumpukan itu terus bertambah?

Sama terakhir, aku berpikir kalo semua yang kita gunakan kan sebenarnya berasal dari alam. Terus kenapa bisa merusak ya? Merusak alam itu sendiri? Pertanyaan menarik untuk diketahui jawabannya. Semoga aja gak berhenti sampe disini dah pencarian dari jawaban hidup.

Semoga aja kita bisa nyelesain puzzle ini satu persatu, sedikit demi sedikit. Menurutku hal kecil inilah yang akan berpengaruh kedepannya, apakah salah? Oiya, dari pengetahuan yang aku punya sampai sekarang, aku jadi paham, kalau sejatinya benar dan salah itu gak kayak warna hitam dan putih. ‘nilai’ itu luas, jadi sudahi mikir benar dan salahnya.

Buku yang Dibaca pada Tahun ini (2020)

Fokus