Pertama, aku pernah menulis tentang keinginan untuk membuat essay. Biar ingat makanya ditulis diawal.
Membicarakan tentang fokus, apa itu fokus? Fokus itu ya fokus. Tetap berada pada jalur / tujuan, tidak terpengaruh dengan sekitar. Fokus untuk mengerjakan kewajiban, keharusan, menyelesaikan pekerjaan.
Tidak mudah untuk fokus sekarang ini. Tapi sebelum itu aku ingin sedikit bercerita, masih berhubungan dengan fokus. Aku pernah menulis tentang media sosial, tentang kebiasaan buruk. Itu semua masih belum memberiku dampak yang baik.
Ketika aku mulai mengurangi bermain instagram, memang benar instagramku sudah jarang aku gunakan, tapi waktu yang biasa digunakan untuk instagram tidak beralih menjadi baik, stagnan. Waktunya aku gunakan untuk menonton youtube, mencari tontonan yang seru dalam rangka menghibur diri sendiri.
Tidak ada yang salah, awalnya aku rasa. Karena aku bisa mencari pelajaran lewat youtube ketimbang instagram yang sepertinya hanya dapat informasi setengah-setengah (tidak lengkap). Seiring waktu berjalan, ternyata tidak kebiasaan di instagram terjadi juga di youtube.
Akhirnya perlahan kucoba untuk memaksakan menulis, namun rupanya tidak semudah itu. Lama tidak membuat tulisan yang dibagikan ke internet, membuatku kesulitan, ditambah perasaan tidak pantas karena jarang membaca. Sebenarnya banyak yang ku pikirkan selama ini, yang bisa dijadikan sebagai tulisan, kemudian aku bagikan.
Oke, sekarang fokus. Teringat bagaimana bisa aku menyelesaikan remedial PKN ketika SMA, menulis di kertas a4 hvs, harus rapih serapih-rapihnya. Perfect. Tugas itu bisa aku selesaikan walaupun dengan waktu yang mepet, dengan harus begadang. Bagaimana bisa? Ya karena ketika tenggat waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas itu hampir habis, mau tidak mau aku paksakan untuk fokus.
Saat teman-teman yang tidak remedial bisa pulang dengan cepat, aku harus memaksakan menyicil tugas itu di sekolah. Karena aku tahu jika aku pulang cepat, ada waktu kosong yang biasa aku gunakan untuk bermain game online. Salahku ketika tidak mengerjakannya dari awal ketika tugas itu diberikan, jadinya mau tidak mau paksaan waktu yang membuatku fokus menyelesaikan tugas itu. Bahkan sampai begadang, tidur saat sepertiga malam terakhir.
Ada cerita lucu juga, saat “kepepet” itu. Suatu hari aku mencicil tugas remedial itu di sekolah, aku menjaganya dengan menyimpan tugas itu dalam sebuah map, dan tidak aku masukkan didalam tas, karena takut terlipat. Sudah biasa bagiku pulang sekolah setelah sholat maghrib di masjid sekolah, aku pakai sepatu dan menebeng temanku yang mengendarai motor, sampai ke jalan raya. Kemudian naik angkot ke arah pulang rumahku. Saat sudah lebih dari setengah perjalanan menuju rumah, aku baru ingat itu, mapnya ketinggalan dan aku kebingungan. Aku ingat map itu disampingku saat aku memakai sepatu, namun tidak kubawa lagi.
Langsung muncul dua pilihan di kepalaku, balik lagi ke sekolah, atau ikhlaskan. Tapi tidak bisa untuk diikhlaskan, karena cukup melelahkan mengerjakan tugas itu. Akhirnya aku menitipkan kepada temanku yang masih di sekolah untuk mengamankannya, sudah pasrah.
Malam itu aku mengerjakan ulang tugas itu, mempersiapkan kemungkinan terburuk. Selama mengerjakan, masih terngiang dipikiran, “hampir kelar setengah, eh harus mulai dari awal lagi”. Nasib.
Alhamdulillah keesokan harinya, tugasku yang ketinggalan aman dan masih bisa digunakan. Lupa bagaimana detailnya, yang jelas akhirnya tugas itu selesai juga.
Seandainya aku bisa mengatur waktuku sendiri untuk fokus walau sejam dalam sehari, kalau tugas itu tenggat waktunya dua pekan, aku bisa menggunakan 14 jam untuk tugas itu tanpa kelelahan, tanpa banyak pikiran. Investasi waktu yang dari dulu belum pernah aku latih, yang sangat berharga ketika aku dapat ide untuk menulis ini.
Dan jika saja aku tidak fokus dalam menulis tulisan ini, tulisan draft pertama ini tidak akan selesai sepanjang ini. Karena sebelum menulis ini aku sedang menonton live streaming fall guys.
Fokus adalah kemampuan yang harus dilatih, untuk hidup yang lebih baik. Dan mungkin memang hidup ini adalah tentang paksaan, memaksa kita untuk bertahan hidup, menjadi manusia, menjaga bumi, dan berbuat baik. Hal kecil untuk diri kita, dimulai dari kita. Aku juga masih belajar dan akan terus belajar.
Fokus itu gak murah, sepertinya mirip dengan sekolah. Sekolah memaksa kita untuk belajar, memaksa untuk fokus, soalnya kita dikasih amanah sama orang tua buat sekolah. Setiap hari dikasih ongkos buat pulang-pergi, dikasih uang jajan, dibayarin buat keperluan-keperluan yang dibutuhkan buat menunjang kita bisa belajar di sekolah. Itu gak murah, dan memaksa supaya bisa belajar dengan fokus.
Masa iya, fokus itu harus selalu dengan paksaan. Bermain game saja bisa fokus, tanpa paksaan, malah cenderung menikmati permainannya. Lantas mengapa berbeda? Antara fokus bermain dengan fokus belajar. Mengapa tidak mencoba untuk menikmati belajar dengan fokus, jika bisa menikmati permainan dengan fokus.
Kadang hanya dengan masalah/kebiasaan/sesuatu yang kecil dan aku langsung menyepelekan itu, jadi gak fokus lagi. Fokus yang teralihkan, lalu bagaimana caranya supaya bisa kembali? Fokus. Kayaknya gak ada cara lain selain paksain lagi diri kita buat fokus, secara instan.
Sekian dari tulisan yang gak jadi-jadi kalo gak dijadiin, dan memang fokus itu begitu ajaib.